Yayu, Pembuat Kue dan Batu Bata Ini Dirikan Pondok Baca Bagi Anak-Anak

yayu-1

Hujan yang turun sepanjang hari tak menyurutkan langkah anak-anak di Desa Tikela, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, mendatangi rumah Niramita Yayu (30).

Sekitar 20 anak berbagai usia itu bersemangat ingin mengisi waktu mereka di ruangan berukuran 2 meter x 4 meter yang disediakan Yayu.

Ruangan itu begitu sederhana, sama halnya dengan rumah yang ditempati Yayu dan keluarganya. Dindingnya terbuat dari seng bekas.

Ruang itu sejatinya bagian dari dapur dan sengaja digunakan oleh Yayu sebagai Pondok Membaca dan Menulis.

“Awalnya mereka sering datang membaca buku koleksi saya yang tak seberapa. Saya lalu berniat menyediakan mereka ruang baca dan belajar. Jadi saya sisihkan sebagian dapur saya,” ujar Yayu, Rabu (15/2/2017).

Yayu dan suaminya, Sami Mannopo, menyisihkan sebagian pendapatan mereka yang pas-pasan untuk membenahi sedikit ruang baca bagi anak-anak itu.

Lanjutkan membaca “Yayu, Pembuat Kue dan Batu Bata Ini Dirikan Pondok Baca Bagi Anak-Anak”

Menjadi Feature Tamu di Yaki Magz

YAKI MAGZ ED 2Beberapa bulan lalu, saya dihubungi oleh staf dari Yayasan Selamatkan Yaki, sebuah yayasan yang bekerja untuk memberikan pendidikan konservasi Yaki di Sulawesi Utara.

Mereka menanyakan beberapa hal sebagai bahan untuk majalah terbitan mereka YAKI MAGZ edisi kedua. Majalah itu diterbitkan seiring dengan event Yaki Youth Camp yang mereka selenggarakan saban tahun.

Yaki Youth Camp 2015 ini diselenggarakan di kompleks museum Pa’Dior, Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara di Tompaso, Minahasa, yang diikuti oleh 18 siswa yang merupakan perwakilan berbagai sekolah SMA sederajat di Minahasa. Saya juga diminta untuk menjadi salah satu pembicara dalam Camp tersebut. Pada kesempatan itu saya membagi pengalaman bagaimana kegiatan fotografi bisa memberikan kontribusi bagi konservasi.

Tentu saya merasa senang bisa berbagi pengalaman dengan anak-anak yang merupakan masa depan kita itu, dan berharap dapat menumbuhkan kecintaan akan kelestarian lingkungan serta satwa endimik dan dilindungi di Sulawesi Utara.

Berikut screen capture dari halaman 41 Yaki Magz, dimana hasil wawancara tim dari Yaki Magz dengan saya.

HAL-14

Cerita mengenai Yaki Youth Camp itu sendiri dapat dibaca di Yaki Youth Camp Angkatan Ke-II ini.

KASTANISASI PENDIDIKAN

Headline-2-Mei
"Sobat, da baca ente share di grup Komunitas Walekofi-ESA tadi, boleh mo tanya? Kita pe anak yg sekolah di salah satu SMA negeri di Manado, sampe skarang ndak boleh ambe tu hasil mid semester, krn blum bayar komite sekolah. Apa ente pe saran?" 

(Sobat, setelah membaca yang anda share di group Komunitas Walekofi-Esa tadi, bolehkah saya bertanya? Anak saya yang sekolah di salah satu SMA Negeri di Manado, sampai sekarang tidak boleh mengambil hasil test Mid Semester, karena belum melunasi Uang Komite Sekolah. Apa saran anda? – Red)

Demikian kalimat pembuka sebuah diskusi di salah satu group jejaring sosial yang meramaikan makna pendidikan di Hari Pendidikan Nasional. (diskusinya dapat diikuti disini: http://on.fb.me/IGpEBq)

Gerah rasanya membaca kalimat diatas, apalagi jika disandingkan dengan headline sebuah koran lokal yang terbit di Manado pada Selasa, 1 Mei 2012 kemarin. Tertulis dengan huruf bold dan dalam ukuran besar, seorang profesor ternama di Manado harus menyiapkan dana hampir 1 milyar untuk menyekolahkan anaknya ke sebuah perguruan tinggi.

Lanjutkan membaca “KASTANISASI PENDIDIKAN”

MAY DAY: Setelah Berdemo, Yuk… Memikirkan Pendidikan

Editorial-Buruh

Seperti biasa, 1 Mei memaksa ribuan polisi harus bersiaga. Turun ke jalan mengantisipasi hal yang tak diinginkan dalam aksi unjuk rasa peringatan Hari Buruh. Mereka harus menjaga puluhan ribu massa yang mengelar demo menuntut hak kaum buruh.

Beberapa media nasional melaporkan, puluhan ribu buruh membanjiri jalan-jalan utama kota-kota besar di Indonesia pada Peringatan Hari Buruh, Selasa 1 Mei 2012. Serikat pekerja dan organisasi buruh di Manado pun tak mau ketinggalan. Walau tidak sebesar di Jakarta dan Surabaya, long march yang dilakukan massa pendemo berhasil menarik perhatian warga kota. Peningkatan upah minimum dan penghapusan praktek outsourching kali ini menjadi tuntutan utama.

Abad 20 ditandai dengan perubahan di segala aspek kehidupan. Politik, kemajuan sains dan teknologi, internasionalisasi ekonomi dan deregulasinya. Globalisasi dalam investasi serta perubahan mendasar dalam struktur sosial juga sangat terasa. Globalisasi ekonomi diberbagai belahan dunia berlangsung begitu pesat. Dampaknya dirasakan pula dalam sektor ketenagakerjaan yang meliputi, kondisi tempat kerja, upah, hingga serikat buruh.

Lanjutkan membaca “MAY DAY: Setelah Berdemo, Yuk… Memikirkan Pendidikan”