Tengkorak Makalehi


Tengkorak MakalehiBulan September 2007. Saya mendapat sebuah kepercayaan dari Bagian Humas Setda Pemda Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, mengabadikan obyek-obyek strategis di Kabupaten yang baru ini baik melalui Foto maupun Video. Hasil dari dokumentasi itu akan dipamerkan pada Pameran Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara pada bulan yang sama. Setelah beberapa hari keliling Pulau Siau, pada tanggal 6 September saya berada di Pulau Tagulandang. Satu hari berada disana mengelilingi Pulau tersebut dan pada keesokan harinya langsung balik ke Siau. Menumpang Kapal Cepat Express Bahari, saya tiba di Siau sekitar pukul 1 siang setelah menempuh perjalanan laut kurang lebih 45 menit. Rasa lelah masih terasa, namun begitu turun di Pelabuhan Ulu Siau, saya langsung naik motor bersama kakak saya, menuju ke Pehe, karena disana telah menanti Camat Siau Barat, Bpk. R. A. Sagune. Bapak Camat ini memfasilitasi kami berangkat menuju ke Pulau Makalehi.

Di Pehe -yang merupakan pelabuhan nelayan- telah menanti Perahu Motor yang akan membawa saya ke Pulau Makalehi dan Kapitalau (Kepala Desa) Makalehi yang juga merupakan pemilik Perahu Motor. Bersama dengan sekitar 15 orang penumpang lainnya, diantaranya Kepala Pos PLN, Pendeta, Babinsa Pos TNI dan beberapa penduduk lainnya, bertolaklah kami menuju Pulau Makalehi sekitar pukul 4 sore. Baru saja, perahu motor keluar dari Pelabuhan Pehe, ombak ganas yang menjadi ciri khas perairan Sangihe Talaud telah menghadang kami. Kakak saya yang begitu naik langsung memilih tempat di haluan, tidak bisa berkutik dan hanya bisa pasrah memeluk tiang haluan tanpa bisa kemana-mana karena perahu diombang-ambing dengan dahsyatnya. Sebuah pengalaman yang tidak bisa dilupakan.

Perjalanan ke Pulau Makalehi sebenarnya bisa ditempuh sekitar 1 jam, tapi kali ini karena ombaknya cukup lumayan, membuat perjalanan kami hampir 2 jam, sehingga Perahu Motor nanti bisa berlabuh menjelang malam. Dan ini kali pertama saya menginjakkan kaki di Pulau Makalehi.

Pulau Makalehi sendiri berada dibawah administrasi Kecamatan Siau Barat. Pulau ini merupakan Pulau terluar dari Sitaro bahkan merupakan salah satu pulau terluar dari Negara Republik Indonesia. Berada diarah Timur dari Pulau Siau, Pulau Makalehi berhadapan langsung dengan Malaysia Timur, sehingga Pulau ini kelihatan terongok sendiri di lautan, terpisah dari pulau-pulau lainnya. Luas wilayah Pulau Makalehi ± 300 Ha. Masyarakatnya 100% bermata pencaharian nelayan. (Hal lainnya tentang Makalehi dapat dilihat pada posting yang berhubungan).

Saya bersama Kakak saya menginap di rumah Kapitalau. Setelah istirahat sejenak dan mandi, lalu kami duduk-duduk diteras ditemani Kapitalau, 2 anggota Babinsa (Bintara Bina Desa) yang menjaga Pos TNI disana, dan Perangkat Kampung. Kami bertukar cerita sambil merumuskan rencana besok hari. Ditengah pembicaraan itu, tiba-tiba salah satu anggota Babinsa tersebut menyebut soal tengkorak. Rasa penasaran saya tergelitik, dan memburu ceritanya.

Tengkorak bermisteri

Ternyata…. di pulau ini terdapat sekumpulan tengkorak yang diselimuti misteri. Misteri, karena sejak diketahui keberadaannya sampai dengan saat sekarang, tidak ada seorang pun penduduk Makalehi yang mengetahui asal muasal tengkorak tersebut. Yang mereka tahu, begitu kehidupan beradab hadir di Makalehi, tengkorak itu telah ada disana. Letaknya diatas bukit disalah satu sisi pulau, berada di dalam goa kecil. Dan misteri berikutnya -yang ini telah menjadi mitosbelum pernah ada seorang pun yang berhasil mengabadikan tengkorak tersebut, baik melalui foto maupun video. Telah banyak orang yang datang ke Makalehi mencoba untuk memotret dan menshooting gambarnya, tapi semuanya gagal. Jangankan dibawah ke tempat cetak foto, sampai di kampung saja belum pernah ada yang berhasil menyimpan gambarnya. Demikian pula yang dialami oleh Babinsa tersebut, sehari sebelum kedatangan kami, dia mencoba mengabadikan tengkorak-tengkorak tersebut. Agar supaya dapat pembanding yang logis, dia sengaja mengajak anak-anak sekolah menemaninya ke lokasi. Dengan bermodal HP berkamera merk Nokia keluaran anyar, dia mencoba memotret kumpulan tengkorak tersebut. Dan ini merupakan usaha yang kesekian kalinya. Berhasil, gambar tengkorak muncul di layar HP nya. Kemudian dia meminta anak-anak sekolah itu berdiri di dekat tengkorak tersebut, dan memotretnya. Berhasil pula.

Lalu mereka kembali. Dan seperti misteri yang menyelimuti tengkorak itu selama ini, a logis itu kembali terjadi. Foto-foto tengkorak itu lenyap dari memori HP. Terhapus?, mungkin itu jawaban teknis yang dapat diajukan. Tapi, tunggu dulu, mengapa gambar anak-anak sekolah itu ada, tidak ikut terhapus bersama tengkoraknya. Mitos tengkorak tersebut tidak bisa difoto tetap tak terpecahkan. Dan malam ini, mereka menceritakannya pada kami, sambil berharap kami bisa punya waktu besok “mencoba” mengabadikannya. Jelas saja saya langsung mengiyakan. Bahkan dengan semangat dan rasa penasaran serta siap-siap menjadi orang yang kesekian gagal mengabadikannya.

Besok harinya, tanggal 8 September 2008. Setelah keliling Kampung Makalehi, akhirnya kami memutuskan ke lokasi tengkorak tersebut. Letaknya tidak jauh dari perkampungan, kami harus mendakinya. Kemudian dengan agak susah payah memanjat tebing kecil dimana goa itu berada. Saya hampir saja terpeleset. Tengah hari, ketika kami menginjakkan kaki di goa tersebut, ditemani 2 anggota Babinsa, Kapitalau, Sekdes, Polisi Kampung serta Pala (Kepala Dusun). Jantung saya langsung berdebar ketika pertama kali melihat kumpulan tengkorak tersebut.

Kumpulan Tengkorak

Ya, ini merupakan kuTengkorak Makalehimpulan tengkorak. Bahkan bukan cuma itu, ini merupakan kumpulan tulang belulang manusia lengkap. Dari tulang jari sampai gigi. Menurut cerita mereka, tengkorak ini berjumlah 8 buah, tetapi yang ada di goa ini hanya 7. Kata mereka, yang satunya berukuran sangat raksasa, dan hanya pada waktu-waktu tertentu muncul. Kali ini saya tidak mujur karena dia tidak muncul. Kumpulan tulang-belulang ini tertata berjejer di atas sebuah kayu yang dilubangi.

Menurut cerita, kayu tersebut adalah perahu. Memang masih terlihat bentuk perahunya, walau sebagian sudah hancur. Terdapat pula sebuah teko, cangkir dan mangkuk. Yang ini sudah tidak asli, karena menurut Kapitalau, yang asli telah hilang, sehingga mereka menggantinya dengan yang ada sekarang. Teko dan mangkuk tersebut, juga asbak merupakan tempat bagi penduduk untuk memberi kumpulan tengkorak itu minum dan merokok.

Tengkorak Minum “Cap Tikus” dan Merokok

Pala (kepala dusun) yang merupakan guide kami, berkomat-kamit dalam bahasa Siau yang saya tidak mengerti. Lalu dia meminta Rokok pada kakak saya, menyulutnya dan menaruhnya ke mulut tengkorak tersebut. Satu tengkorak satu batang. Katanya, mereka harus diberi rokok dan minuman “cap tikus” (sejenis minuman beralkohol tinggi yang terbuat dari getah pohon aren). Misteri berikutnya terjadi lagi. Rokok yang ditaruh dimulut tengkorak itu habis seperti benar-benar dihisap. Padahal disulut bersamaan dengan rokok kakak saya. Rokok kakak saya -yang perokok berat- malah belakangan habis. Mungkin tertiup angin?… mungkin saja. tapi bagaimana dengan cap tikus yang juga habis perlahan-lahan itu?.

Potret dan Shooting

Setelah ritual itu selesai, kini giliran saya mengerjakan tugas. Mengabadikan. Nah, ini dia yang berat. Saya terbebani dengan mitos yang selama ini menyelimuti kumpulan tulang-belulang ini. Gugup. Lalu saya mencoba untuk menenangkan diri dengan mengobrol sambil menarik nafas panjang. Antara yakin dan tidak. Perlengkapan yang saya bawa, Camera DSLR Olmypus E500, Camera Saku Digital Samsung Digimax A503, Camera Video Sony E48 dan Sony E46. Saya meminta kakak saya, menganti baterai Samsung Digimax A503, saya mau memotret dengan kamera itu. Karena Camera DSLR Olympus saya telah gunakan selama di Tagulandang, dan memori cardnya telah berisi ratusan foto dari Tagulandang dan belum pernah sekalipun diback up. Demikian pula saya meminta dia menganti pita kaset mini dv baru di Camera Video. Untuk jaga-jaga, jangan sampai kerja keras kami selama di Tagulandang terhapus sia-sia. Kakak saya memegang Camera Video dan saya pegang Camera Samsung Digimax. Lalu kami show on. Saya menekan tombol power. Hidup. Mengambil posisi untuk mendapat angel, yup, komposisi sudah teratur pada display dan menekan shutter. Dan bles, kamera saya mati. Padahal baterainya baru diganti, alkaline lagi. Saya agak terkejut dan gugup, yang membuat mata orang-orang memandangi saya. Kakak saya menghentikan pengambilan gambarnya. Saya mencoba menghidupkan kembali kamera saya, tapi tidak berhasil. Namun pada saat itu juga keberanian saya muncul.

Mitos itu dipatahkan

Saya meminta kakak saya mengganti Cameranya dengan Sony E46 dan mengambil kembali gambar. Dan, sebuah langkah sangat berani saya lakukan, saya menganti kamera saya dengan DSLR Olympus E500, kamera utama saya. Kakak saya mengernyitkan dahinya, ya, resiko kehilangan ratusan foto dari Tagulandang. Saya mengambil resiko itu. Menyalakan tombol power, mengatur beberapa parameter, menghidupkan lampu flash. Dan mulai memotret. Kali ini kamera saya tidak mati. Saya terus membidik. Tidak mudah mengambil angel dan mengatur komposisi, karena goa itu sangat sempit.

Setelah merasa cukup. Saya mengistirahatkan kamera. Lalu kami meninggalkan lokasi. Saya sengaja tidak melihat ke display saat memotret tadi, cukup melalui viewfinder. Dan sewaktu dalam perjalanan pulang saya tidak memplaynya, walau rombongan kami mendesaknya. Penasaran itu tetap saya simpan. Apakah saya berhasil mengabadikannya?. Kami menuruni bukit, dan saya masih memotret banyak obyek. Lalu menjelang sore, dengan menumpang Perahu Speed Kayu kami bertolak balik ke Pehe Pulau Siau. Kali ini ombaknya lebih ganas. Kakak saya sangat ketakutan. Kami tiba di Pehe menjelang malam. Dengan Sepeda Motor kami kembali kerumah di Kapeta. Sesampai di rumah, saya istirahat sejenak. mandi, mengaso sambil minum kopi. Kemudian setelah merasa cukup, saya mengambil kamera dan membersihkannya. Menekan tombol on, memplay, dan gambar-gambar tengkorak itu masih ada di memory card. Cepat-cepat saya mengambil kabel transfer, lalu mentransfer foto-foto itu ke hard disk. Menyimpannya dan mencoba mencetaknya. Dan yup. Berhasil!. Minggu depannya saya mencetak di lab foto yang ada di Manado. Mitos itu telah terpatahkan: SAYA BERHASIL MENGABADIKANNYA. Gambar tengkorak-tengkorak itu terabadikan seperti yang anda lihat. Telah diikutkan dalam Pameran bersama dengan gambar videonya. Dan sayalah orang pertama yang berhasil memotretnya, seperti yang diakui oleh penduduk Pulau Makalehi.

Mitos yang tersisa

Satu lagi mitos yang menyelimuti kumpulan tengkorak itu adalah keyakinan penduduk setempat akan amukan alam lokal jika ada yang sengaja mengutak-atik kumpulan tengkorak tersebut. Menurut mereka, jika salah satu dari tulang belulang tersebut digeser sedikit saja dari posisinya, maka angin barat lokal akan bertiup sangat kencang, walau cuaca pada saat itu cerah. Dan jika sudah demikian, hanya satu orang yang bisa mengembalikan posisi tulang yang bergeser tersebut, seorang Nenek. Ajaibnya, dia tidak perlu ke goa tersebut, cukup mengembalikan posisi tulang tersebut dari rumahnya. Sebenarnya saya mau meminta ijin untuk meminjam salah satu dari tulang tengkorak tersebut, tapi saya ingat saya mau balik sore itu ke Pehe, ya takut juga kalau-kalau angin barat bertiup, bisa-bisa kami ditelan ombak. 🙂

Masih menurut mereka, telah banyak juga upaya coba-coba dari beberapa orang yang nekat mengambil tulang belulang tersebut. Namun setiap kali dibawa, tulang-tulang tersebut kembali ke tempatnya semula. Pernah menurut mereka, seorang warga negara Belanda, mencoba membawa semua tulang-belulang tersebut. Dia mengisinya di peti, tetapi begitu dia keluar dari Pulau Makalehi tulang-tulang tersebut telah kembali ke tempatnya semula dalam posisi seperti tidak pernah diutak-atik.

Anda penasaran dengan kumpulan tulang-belulang tersebut? sebaiknya datang langsung ke Pulau Makalehi. Saya dapat membantu Anda, jangan segan menghubungi saya di adolof_ronny@yahoo.com atau ronny.buol@yahoo.com, bisa pula menghubungi saya di 085256510522. Saya dengan senang hati akan menemani Anda mengunjungi salah satu pulau terluar dari negara kita ini. Atau jika anda ingin memperoleh foto-foto tengkorak tersebut dalam kualitas tinggi, silahkan hubungi saya.


65 tanggapan untuk “Tengkorak Makalehi

  1. saya baru pulang dari talaud, tepatnya dari desa binalang. saya mendengar cerita dari warga setempat, katanya ada burung rajawali berukuran raksasa. tolong cari informasi apakah cerita itu betul atau tidak?

    Suka

  2. Shalom …..!
    bung Rony, mngkn tengkorak makalehi bisa di jadikan salah satu tjuan wisata budaya ! Ceritanya bisa dikemas lebih bagus lagi sehingga bisa lbih membuat org jd tertarik ! Tapi pulau Makalehi jg msh memiliki potensi lain yg mgkin terlewatkan oleh bung Rony, danau dan ikan asin bahkan mungkin hasil tambang sperti emas karena kalau nonton film indiana jones daerah yang bnyak emas itu daerah yg ada gunung apinya !

    Suka

  3. Ya, tengkorak itu sampai saat sekarang masih ada. Kondisinya seperti yang ada dalam foto saya itu.

    Suka

  4. saya benar2 terkesima………ruarrrrrr biasaaaa, ternyata baru hari ini, mata dan telinga saya melihat dan mendengar ada cerita legenda seperti itu……..saluut bung ronny !! maaf juga saya belum pernah ke makalehi…..thanks ya…

    Suka

  5. wuuaaaahhhh…bagus skali kang…mar sayang depe misteri nyandak tabuka.
    God bless Makalehi…

    Suka

  6. Tengkorak makalehi pernah di publikasikan di situs Pemda Sanger Besar waktu Sitaro masih bagian dari Sanger Besar dan itu jumlahnya bukan tujuh seperti foto sekarang tapi buuaannnyyaak sekali teronggok di dalam gua dan tidak ada perahu atau pun piring dll seperti foto sekarang. Harap skalet tersebut jangan di publikasin untuk keuntungan ganda, saya pernah dengar sewaktu masih kecil ada tamu datang ke ayah saya almarhum dan menceritakan yang mana para simpatisan komunis di sulut di buang kelaut jauh (di tenggelamkan) walahualam apakah bukan itu para korban simpatisan komunis!?!. saya bukan anti atau pro komunis tapi sesuai adat yang berlaku sebaiknya skalet tertsebut ditanam saja. Terimaksaih

    Suka

  7. Thank’s Bung Ronny..!..Anda termasuk seorang adventure..!..yg berani,penantang & cukup penasaran ttg.mitos yg selama ini belum terpecahkan..!..tapi sayang fotonya tidak ada..it’s nothing..!..Memang sosial budaya masyarakat Makalehi patut juga di liput,mereka pekerja keras,nelayan sejati,pulau ini indah kalau di kelola secara apik dgn sentuhan art yg trampil..Danaunya punya potensi pariwisata yg menjanjikan..Mudah2an ke depan..Selain tengkorak..!..Keindahan Danaunya bisa di liput..Ok..Bung Ronny ..Have a great sucsses..!..All The best..!

    Suka

  8. doliy @apa yg kau komentari itu tak betul,munkin itu di talaud bukan di makalehi.kalau komunis itu hidup thn 40an dan tak ada cerita org tua kami.kau punya permintaan utk di kebumikan tulang2 itu terlalu naif,org makalehi bukan menyembah berhala seperti yg engkau pikirkan.datanglah supaya kau bisa mengerti akan ceritanya.thun berapa komunis hidup,agar kau bisa mengomentari.

    Suka

  9. tenks,bung Rony buat info nya jujur kakek buyut gue asli makalehi tapi gue ngga perna ke makalehi mengenai mitos tentang budaya sitaro gue suka banget dari kecil rasa penasaran gue sampe sekarang belum terobati jadi gue minta tolong sama bung rony coba cri tahu mengenai tongkat yonding yang ada di bumbiha trus kaki raksasa yang ada di batu dikampung tersebut soalnya tahun 2008 waktu aku ke siau pohon tersebut suda tumbang dan tersisa tanda kaki raksas tersebut ada juga dikampung batusenggo mengenai batu layar dan goa batu dolohe yang diyakini masyarakat ada piring emas tempat orang bertapa dan didalamnya juga ada penjaga berupa ular dan lipan ukuran raksasa jadi kalau bung rony berjiwa petualang dan ingin menyelidiki hal tersebut datang ke batusenggo

    Suka

  10. Saya juga berasal dari pulau Siau. Saya sangat bangga setelah membaca semua informasi mengenai pulau yang adad di Siau,. Siau memang merupakan pulau yang kecil, namun disana memiliki penghasilan, baik itu penghasilan dari darat maupun laut. Pulau Siau memang Pulau yang kaya akan Ikan karena, pada umumnya mata pencaharian warga adalh Nelayan. Juga terdapat pilau-pulau yang bersejarah, yang memiliki peninggalan nenek moyang, seperti yang ada di Pulau Makalehi. Ini adalah suatu kebanggaan bagi warga yang ada di pulau tersebut, karena dengan adanya peninggalan Nenek Moyang yaitu Tengkorak. semoga PULau SIau dan sekitarnya terus berkembang, dan tetap menjaga kelestarian Almnya.

    Suka

  11. om rony,
    dorng bil kata tu tengkorak onding jga hilang2 kata io???
    qt penasaran kwa,,he,,he,,he,,abis qt so lma di siau mar blum pernh pigi makalehi

    Suka

  12. Thanks Bro Ronny, God bless you……… kita baru tahu sekarang, ternyata kote Makalehi luar biasa….. baline gampang Makalehi, pantas bisa jadi jawara nasional…. Pakatiti Tuhema….. Viva Sitaro

    Suka

  13. Salut bwt penemuan bung Rony…Ternyata Peninggalan Sejarah tetap terjaga,, ini menjadi Motivasi bwt anak2 muda keturunan siau untuk mempertahankan, menghargai, mengembangkan sejarah dan kebudayaan yang ada..Bangsa yang besar tak lepas dari sejarahnya..Viva Sitaro dan Viva Indonesia!!!!!

    Suka

  14. semua itu tipu daya syetan yang hendak menyesatkan manusia.hanyaorang2 bodoh aj uyg mempercayainya.penyembah berhala sesat,

    Suka

  15. @fadhi wei itu hanya cerita rakyat yg di percayai bukan sebuah kepercayaan jangan asal commen yg aneh tentang budaya kami

    Suka

  16. SLAMAT yy MAKALEHI !!
    hmm ,,
    IRI tanda TAK MAMPU !..
    untuk anda yg tdak suka dan mengatakan bahwa budaya kami adalah “penyembahan berhala”,,,BERTOBAT woi !!
    KERAJAAN SURGA SUDAH DEKAT .
    WE LOVE MAKALEHI ……
    muacccccccccccccchhhhhh* .. 🙂

    Suka

  17. @ semuax.mari qt semua menjaga apa yg qt pux!!! jangan berani berkata semua itu syetan!!! orang yg mengatakan itu dialah setan yg sebenarnya:)!!! marilah qt menjaga adat dan kebudayaan sangihe talaud,..kembangkanlah keistimewaan suku SATAL(sangihe talaud).
    TUHAN YESUS selalu memberkati qt semua terutama memberikan akal sehat dan kebijaksanaan…

    Suka

  18. wow t’Xta d makalehi mempunyai sesuatu Hal yg misterius…..
    tPi itu bisa di publikasikan,agar supaya banyak wisatawan yg tau mnenai hal tersebut…!!!!!!

    Suka

  19. sayang sekali Teking Onding yaitu sebatang pohon (mungkin bakau) yang tumbuh diatas sebuah batu segede rumah tipe 21 di desa Bumbiha (pecahan dari desa Paseng) pada tahun 2008 sudah mati.
    Saya murid SD Bumbiha (awal 80-an) sekolahnya dekat batu&teking itu, pulang sekolah jika air laut surut, kami suka naik ke atas batu besar tersebut. Pohonnya kecil aja, diameternya nggak lebih 30 cm. Menurut kakek saya (alm) sejak beliau kecil pohon itu sudah demikian. Memang agak aneh, pohon itu tumbuh sendirian di retakan batu besar itu seolah2 tanpa kontak dengan tanah. Sayang sekali ya pohonnya telah kering :(, padahal saya ingin menunjukannya kepada anak-anak saya.

    Suka

  20. buat sherly atw siapa ke…… klw mmang cerita (Alm) ayah l0h’’’ bneran mningan l0h datang aja k3 makalehi, l0h liat xendiri ada perahu 0r tdk, ada piring atw tdk. n’ satu lagi komentar l0h itu dibaca hampir sluruh warga Indonesia lebih khuzu makalehi jadi, gwe sarankan klw azal jng uzul, klw usul ngga b0leh azal…

    Suka

  21. buat d0lly atw siapa ke…… klw mmang cerita (Alm) ayah l0h’’’ bneran mningan l0h datang aja k3 makalehi, l0h liat xendiri ada perahu 0r tdk, ada piring atw tdk. n’ satu lagi komentar l0h itu dibaca hampir sluruh warga Indonesia lebih khuzu makalehi jadi, gwe sarankan klw azal jng uzul, klw usul ngga b0leh azal…

    Suka

  22. siau siau kemanapun aku merantau selalu aku dihatiku begituh juga makaleli selalu disaat aku melihat dari ondong aku teringat akan sanak saudaraku disana indah betul kenanganmu pulauku.

    Suka

  23. Biasa saja tuh. masih bagusan RANTEPAO toraja sulawesi selatan. ada pohon yang di huni mayat bayi. ada goa penuh dg tengkorak. gue jadi penasaran dg makalehi . suatu saat pingin k e makalehi yang belumpernah aku kenal. thanks ulasannya ron.

    Suka

  24. masih banyak rahasia di pulau tersebut yang mungkin hanya sebagian di temukan itu dirasa telah benar tapi pada hakekatnya belum…! kepercayaan yang ada memberi hal yang beda bagi masyarakat, walaupun injil telah masuk dan tumbuh bersama dengan masyarakat. hanya bagaimana rahasia tersebut tetap abadi dan menerima bahwa itu ada karena budaya yang tetap harus di jaga.

    kiranya Yesus tetap memberkati kita, thanks untuk ulasannya.

    Suka

  25. di makalehi bukan cuma dp tengkorak tembo yonding tapi ada danaunya juga yang indah, hasil ikan yg banyak …. thx ka ronny atas liputannya,,,,,nda sangka makalehi yg dulunya cuma pulau kecil yang kurang di kenal orang skrg so byk yg tau bahkan ada di internet…. maju terus dan berkembang MAKALEHI BANUAKU…… Tuhan Yesus Memberkati Makalehi.

    Suka

  26. So pasti yg saya tulis diatas adalah skalet yg terdapat di Makalehi sewaktu Kepulauan Sangir besar masih sebagai Kabupaten Induk dan di Posting oleh Pemda Sangir Tahuna .. dan yg anda maksudkan di Talaud itu memang juga ada tulang belulang dgn pecahan piring Antique tapi tidak sebanyak di Makalehi Siau dan yg di Talaud bukan Pemda yg mempublikasikan melainkan Privat Photgrafer.

    Suka

  27. “mawu mapia, mapia si kite ” tau Sitaro Seng Ning onggo Pulau MakaLehi si kami ” Tarima kaseh……

    Suka

  28. Saya pernah kesana dulu sktr thn 2010 dan coba memotret tengkorak2 tsb. Dan smpai skrg, hsil jepretan sya msh trsmpan.

    Suka

  29. Welmy Loway & Rio .. maaf saya tdk katakan org Makalehi penyembah berhala dan saya tulis jga belum yakin apakah itu seperti yg saya posting diatas sebuah pertanyaa yg saya dengar; tidak meng-ada ?! .. dan knapa tidak di tanam malahan jadi object pengunjung .. jadi yg naif siapa menurut Anda

    Suka

  30. telapak kaki onding,kapak+tongkat kayu yg mnancap d’batu karang yg tmbuh jd phon gw udh lyat sndri tuh thn 2010 kmrn wkt pulkamp utk ptama x k’kmpung bkap d’bumbiha,siau…emng bnr ad…tp blm k’sampean lyat tngkorak onding’y…bnr” pnasaran ap lg stiap dgr crta alm.opa….keren d…!ap lg misteri gunung d’bumbiha yg kta’y d’atas’y ad kota yg indah & cma kturunan lsg dr alm opa gw aj yg bsa lyat,,,,mampu g y gw telusuri tuh gnung…smga siau bsa trs b’kmbang!slm utk kel besar Luas manese…

    Suka

  31. Setelah saya searching ke-mana2 untuk mendapat info yg lebih detail mengenai Tembo Onding seperti gambar diatas .. maka dengan ini saya mengambil keputusan Tembo Onding yg tidak memiliki Gigi adalah Korban Perang Tondano di Thn 1808-09 dengan Belanda yg pernah di Makamkan Masal di Kuburan Belanda Sario Tumpaan Manado samping APT-VOC (asrama pensiunan tentara) kemudian sewaktu Kuburan tsb. di bongkar yg memiliki identitas jelas; kerangkanya di bawa kembali ke Netherland dan yg dari Kuburan masal hanya Giginya yg diambil utk DNA analysis oleh sebab itu Tengkorak tsb tdk memiliki Gigi. info ini saya dengar di kurun thn 1965-`66 dari penjaga kuburan bpk. de Haselle alm. dan mengenai info Gigi utk DNA analysis dri TV Sf1 swiss. (25.10.12). Utk jelasnya silahkan kontak kedutaan Netherland dan mengenai simpatisan Komunis yg saya dengar sesungguhnya adalah anak2 keturunan Campuran dari kerajaan Taboekan dan Bawontehu/Bintauna di jaman VOC yg ada di Manado dan Sangihe ank2 warga Swiss di tolong kembali oleh neg. Swiss; .. mereka ada di Swiss hidup dengan baik; info Tv Sf1 Swiss bln Sept.

    Suka

  32. apakah ada video pada zaman belanda mejajah pulau siau? kalau ada tolong di masukin soalnya aku penasaran. thanks sebelumnya.

    Suka

  33. Saya jauga lahir di Siau thn 1959,dibesarkan dijakarta,1986 transmigrasi di KalBar daerah Bengkayang,suatu saat saya akan pergi tanah kelahiran saya dan bila di ijinkan Tuhan dan warga di Siau saya akan pergi ke Makalehi….. bapasiar deng metua

    Suka

  34. srry menggagu,…Bung saya adalah blasteran siau dng sanger (tamako)dulu almarhuma omasaya perna bercrita ttng pulau siau. pernahkah mndngr critra “jika gunung karangetang meletus d wktu bln purnama”trlihat ada perahu yg turun naik dri pncak gunung k pantai,seakan akan bermain?.oma saya namanya wehelmina sumaili smpat d segani pada jamannya.

    Suka

  35. tu ateng,, coba cek di goggle siapa tahu ada info dari saudara2 kita atau tua2 dulu yg tahu ttg sejarah gunung karangetang, penjaganya dan hal yg terkait didalamnya,,..i kite kebi ana u sembau su tampungang mapia…Viva sitaro!!

    Suka

  36. salom, tabea, salam sejahtera

    Siau/Makalehi/Sangihe/Talaud/dan semua negeri kepulauan nusa utara selalu memiliki kisah legenda yang dipelihara. saya lahir tumbuh dewasa disana, lalu merantau. sangat memahami alasan psikologis di balik itu.
    orang Siau adalah kaum Protestan golongan pietis yang sangat saleh, dan taat pada agama. Yesus Kristus adalah Tuhan yang tak pernah dikompromi oleh mereka.

    tetapi cara mereka mengerti dan menggambarkan alamnya adalah dengan memberi warna magis, ada unsur menakutkan, ada surprise tak terduga, ada keanehan. secara alami, dan sebenarnya adalah cinta atau kekaguman. orang Siau tahu semua itu memiliki penjelasan, tetapi mereka menyukai hal-hal tak masuk akal itu, menyukai sifat misterinya.

    karena sifat misteri demikian sejalan dan sinkron dengan alamnya yang sangat indah, kaya, tetapi bebas dan sewaktu-waktu liar dan berbahaya. laut itu sumber makanan dan ekonomi, tetapi laut juga merenggut nyawa orang-2 terkasih.

    itulah campuran misteri. maka dalam campuran pengalaman dengan alam itu, dengan kandungan unsur misteri, keindahan membaur dengan bahaya itu, mereka menumpahkan sifat psikologis abadi itu ke dalam legenda, dan memelihara legenda itu ke dalam wujud nyata sedapatnya yang mereka bisa ciptakan.

    Tengkorak Makalehi, oleh orang Siau dan Makalehi yang rasional, anak sekolahan, mereka tahu itu memiliki penjelasan (termnasuk bung Roni bisa memfoto) mereka tahu itu. tetapi mereka membiarkan ada orang tertentu kayak om Pala tadi, untuk memelihara kisah itui sendirian, terutama menjadi thriller lokal bagi anak-anak. DIsana tidak ada maksud mengajarkan kesesatan, tetapi mengajarkan nilai alam sekitar.

    dengan menyatakan bahwa tengkorak tesebut seolah-olah “mistis” bukan ditunjukkan untuk “kemistisan” dari tengkorak itu sendiri. tengkorak itu hanya sebagai sarana mengajarkan kepada anausimbau terutama anak kedio/kadodo (kanak-kanak) bahwa alam sekitar teritama laut mengandung unsur alamiah yang tak terduga, ada waktu badai, ada dimpuruse (tornado air), ada lua-bahe (badai barat), ada anging suwenahe (utara), selihe u Mei (arus deras bawah permukaan di bulan Mei), yang berbahaya bagi masyarakat, dan itu terjadi tak terduga “mistis” sangat dekat dengan kita, sedekat tengkorak-tengkorak itu (tulang, bagian tubuh kita).

    demikian juga dengan tanda pahlawan Onding, tongkatnya, dst. itu sarana mengajarkan bahwa kaum orang Siau/Makalehi ini memiliki tekad dan semangat hidup yang kuat bak orang perkasa, yang pantang mundur menghadapi masalah. Bahwa pahlawan itu adalah orang sukses sebagai pemimpin, mendidik anak-anak bahwa mereka memiliki panutan, yaitu orang asli suku sendiri yang berjiwa besar dan sukses tersebut.

    itulah psikologis yang saya fahami dari hakayat legenda yang terus dipelihara itu.

    terus terang saya senang dengan semua cerita legenda itu, saya tahu kini rasionalnya, dan saya tahu manfaatnya, dan saya tahu keindahan dan bahaya dan pesan keselamatan yang dibawanya. maka saya menghargai, betapa cerdiknya orang Siau/Makalehi kuno menyelipkan kearifan lokal pada cerita legenda dan bentuk legenda yang hidup, dan anehnya, legenda dan pesan bijak itu berjalan menembus zaman, hati dan jiwa anak-anak Siau dimanapun berada.

    ngomong-ngomong, di awal tahun 2011 kami sekeluarga ke Siau di Desa Paseng/Bumbiha. Saya mengajak anak saya mengunjungi batu Teking Onding, karena pagi itu baru turun hujan, batu besar itu licin.

    saya berusaha naik, dan berhasil, dan saya terkejut. Pohon “Teking/tongkat Onding” itu sudah digergaji oleh masyarakat desa sampai ke pangkal sedekat mungkin dengan tanah, kira-kira tunggulnya tinggal 5 cm dari batu. Tidak ada yang tersis dilihat dari tunggul itu. sekali lagi tebakan saya diameter pohon itu tak lebih dari 30cm.
    catatan: dalam tulisan saya sebelumnya-atas, di tahun 2008 saat saya ke sana sebelumnya, memang pohon itu sudah nggak kelihatan (dari jarak kira2 500 meter – saat itu saya tidak mendekati batu itu, jadi saya berasumsi “penggergajian” batang itu sudah terjadi)

    dan anehnya, dari tunggul yang sudah mengering itu, saya melihat ada satu batang pohon tumbuh lengkap dengan tangkai dan daun, ya, sebuah pohon kecul yang sempurna utuh, saat itu tingginya sudah kira-kira 1 (satu) meter. dugaan saya cara tumbuh dari kulit pohonnya, keluar tunas, dan tunas itu naik lurus dan kini sudah kira2 jadi pohon 1 meter tingginya.

    percaya atau tidak, pohon itu berhasil menghidupkan dirinya meski induknya sudah dipotong menjadi tunggul kering. saya sekali lagi memeriksa “pot” batu besar itu, dan saya tidak menemukan ada retakan besar, dimana akar pohon itu dipikirkan masuk melesak ke dalam bartu.
    untuk mudahnya pikirkan saja tusuk gigi bambu, anda tusukan ke sebuah jeruk mandarin orange. yang kontak hanyalah tusuk gigi itu yang masuk menusuk kulit jeruk. tidak ada lubang menganga di sekeliling tusuk gigi itu.
    anda bertanya, “bagaimana pohon itu menjadi lebar, sedangkan batangnya sudah kejepit batu tinalung “batu besar yang utuh”?

    misteri??? ya saya membiarkan diri saya menikmati misteri alam itu, sambil bersyukur kepada Tuhan Yesus, betapa indahnya alam Siau/Makalehi yg Tuhan telah karuniakan untuk orang Siau/Makalehi nikmati.

    tabea, malusemahe si kite kebi (Salam Sejahtera untuk kita semua) .. AMIN.

    Suka

  37. Penjelasan buat saudara Dolly…. Jika anda tidak mempercayai tulisan Bung Ronny Buol ini, maka bisa juga tulisan yang anda baca itu sama tidak terpercayanya…. Dari jaman kakek nenek kami masih kecil sampai kami sudah menjadi tua begini, porselin dan perahu dekat tembo itu sudah ada.
    Kesimpulan anda tentang artikel yang anda baca itu salah besar, atau bisa jadi artikelnya juga salah. Bagaimana mungkin anda mengatakan gigi dari tengkorak Onding di copot ? Sepertinya anda belum tahu kepala mana yang disebut kepala Onding (tembo i Onding). Anda mengatakan (copas komentar anda): “maka dengan ini saya mengambil keputusan Tembo Onding yg tidak memiliki Gigi adalah Korban Perang Tondano di Thn 1808-09 dengan Belanda yg pernah di Makamkan Masal di Kuburan Belanda Sario Tumpaan Manado samping APT-VOC (asrama pensiunan tentara) kemudian sewaktu Kuburan tsb. di bongkar yg memiliki identitas jelas; kerangkanya di bawa kembali ke Netherland dan yg dari Kuburan masal hanya Giginya yg diambil utk DNA analysis oleh sebab itu Tengkorak tsb tdk memiliki Gigi”.
    Seharusnya anda membaca dengan teliti tulisan Bung Ronny Buol sebelum berkomentar. Jelas-jelas Bung Ronny menulis “Kata mereka, yang satunya berukuran sangat raksasa, dan hanya pada waktu-waktu tertentu muncul. Kali ini saya tidak mujur karena dia tidak muncul”. Nah yang ukuran raksasa inilah yang disebut TEMBO i ONDING, Jadi bukan semua yang di foto diatas disebut tembo i Onding, termasuk yang tidak bergigi itu. Sekali lagi tidak ada tembo i Onding dalam foto diatas. Saya sering bertanya kepada orang-orang tua di Makalehi, “siapa yang pernah melihat tembo i Onding ?” ternyata tidak ada diantara mereka yang pernah melihat. Nah kalau orang-orang tua di Makalehi saja tidak pernah melihat tembo i Onding ? bagaimana mungkin anda yang jauh atau penulis artikel yang anda baca itu yang entah dari mana asal rimbanya bisa tahu gigi tembo i Onding itu di copot ?

    Semoga di pahami… terima kasih…!

    Suka

  38. Kita nyanda boleh begitu saja percaya deng artikel. Lebih aman, kalo boleh datang jo pasiar ke makalehi. Kita pe teman ada ba foto, nyanda hilang itu foto. Kong, bisa diprint juga…

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.